Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal Tradisi Kematian Suku Sasak

Pada siklus hidup manusia, kematian adalah satu hal yang pasti. Ada berbagai pendapat yang berbeda-beda mengenai kematian, namun kebanyakan orang percaya bahwa setelah meninggal manusia akan hidup di alam yang lain. Khususnya di Indonesia, setiap suku memiliki adat yang berbeda dalam menyikapi suatu kematian. Namun perbedaan-perbedaan ini hendaknya menjadikan kita saling menghargai dan saling menghormati.

Terdapat beberapa keunikan pada setiap suku di Indonesia dalam melakukan adat terhadap orang yang meninggal. Khususnya pada suku Sasak yang terletak di Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Suku Sasak memang memiliki banyak keunikan yang tersimpan dan masih terjaga sampai saat ini seperti Desa Wisata Sade. Selain itu, keunikan lainnya adalah tradisi yang dilakukan ketika ada orang yang meninggal dunia. Setidaknya terdapat 4 tradisi dari Suku Sasak apabila mendapati keluarga atau kerabat yang meninggal dunia. Lalu apa saja tradisi-tradisi tersebut? Berikut ulasan dari paketwisatalombok.

Makam Raja Selaparang Lombok

1. Belangar

Mayoritas dari penduduk suku Sasak merupakan pemeluk Agama Islam, maka tak jarang kebudayaan Islam bercampur dengan kebudayaan Suku Sasak. Contohnya pada Belangar ini. Para warga yang anggota keluarganya meninggal dunia, akan memukul bedug dengan ritme yang panjang. Hal ini dilakukan untuk memberitahukan kepada seluruh masyarakat bahwa ada warganya yang meninggal dunia.

Setelah para warga mendengar bedug tersebut, maka banyak dari mereka bahkan para warga desa tetangga menghampiri ke tempat duka. Mereka yang datang bermaksud untuk melayat serta menghibur anggota keluarga yang ditinggalkan. Mereka yang datang biasanya juga membawakan makanan untuk keluarga almarhum agar meringankan beban keluarga yang tertimpa musibah.

2. Memandikan Jenazah

Orang yang meninggal sudah semestinya dimandikan dengan layak. Prosesi ini biasanya dipimpin oleh Pemuka Agama yang tinggal di sekitar tempat duka. Prosesi pemandian jenazah dilakukan oleh para laki-laki apabila yang meninggal adalah laki-laki, begitu juga sebaliknya apabila yang meninggal adalah seorang perempuan, maka yang memandikan adalah para perempuan.

Jenazah yang telah dimandikan berikutnya akan dibungkus dengan kain kafan. Dimana bagi mayat laki-laki akan diberi kain kafan 3 lembar dan mayat perempuan akan diberi kain kafan 5 lembar serta akan diberi kerudung. Sedangkan untuk menghindari dihinggapi serangga, maka biasanya masyarakat menaburi jenazah dengan keratan kayu cendana atau ceceme.

3. Penguburan Jenazah (Betukaq)

Sebelum jenazah dikebumikan di liang lahat, terdapat beberapa persiapan yang harus dilakukan, antara lain :

  • Setelah seseorang dinyatakan meninggal, lalu jenazah itu dihadapkan ke kiblat dan di sekitarnya dibakarkan kemenyan. Selain itu, diberikan langit-langit di atasnya dan hanya boleh diambil setelah sembilan hari orang tersebut meninggal. Selanjutnya jenazah Disolatkan sesuai dengan tuntunan agama.
  • Saat seseorang meninggal dilakukan penyembelihan hewan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan penghormatan yang terakhir kalinya bagi seseorang yang telah meninggal.
  • Melakukan upacara nelung dan mituq. Upacara ini merupakan upacara yang diadakan oleh keluarga yang ditinggalkan dan dimaksudkan untuk mendoakan jenazah agar arwahnya diterima di sisi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.
  • Mengumpulkan kayu bakar. Kayu bakar digunakan oleh pembuat acara untuk memasak dan juga sebagai bahan untuk mempersiapkan upacara. Pengumpulan kayu bakar ini biasanya dilakukan pada hari ketiga dan hari ketujuh.
Ziarah Makam di Lombok, Sumber: detik.com
  • Pembuatan tertaring. Tetaring merupakan alas yang dibuat khusus untuk tamu undangan. Alas ini terbuat dari daun kelapa yang dianyam meluas sehingga para tamu nyaman untuk duduk bersila.
  • Mempersiapkan dulang penamat. Persiapan ini memberikan simbol bahwa setiap yang dimiliki oleh orang yang meninggal wajib dibagikan kepada seluruh orang yang membutuhkan. Selain itu juga sebagai harapan agar keluarga yang ditinggalkan mengikhlaskan kepergian almarhum untuk selama-lamanya.
  • Mempersiapkan dulang talet mesan. Dulang ini berupa nasi putih, lauk burung merpati, dan juga berbagai macam jenis jajanan. Nantinya dulang ini akan dipergunakan sebelum Kyai atau Ustadz yang memimpin doa menutup kuburan dengan batu nisan. Selanjutnya dulang tadi akan dibagi-bagikan kepada hadirin yang ada disekitar acara tersebut.
Dahulu keranda mayat yang digunakan terbuat dari kayu, namun seiring dengan perkembangan zaman maka diganti menjadi keranda mayat stainless karena lebih ringan tentunnya sehingga bisa mengurangi beban Pemikul keranda mayat.

4. Prosesi Setelah Jenazah Dikuburkan

Setelah jenazah dikuburkan, terdapat prosesi-prosesi yang dilakukan setelahnya. Prosesi tersebut dilakukan saat hari ke tiga hingga hari ke sembilan saat jenazah tersebut dikuburkan. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut : 

Hari Ketiga dan Keempat

Saat tiba hari ketiga setelah penguburan, hal yang harus dilakukan adalah menyiapkan aiq wangi. Aiq wangi ini nantinya akan dimasukkan ke dalam kopeng bolong dan selanjutnya akan didoakan. Pada saat hari keempat tiba, air wangi yang telah dipersiapkan di hari ketiga tadi ditaburkan di atas kuburan.

Hari Kelima sampai Ketujuh

Saat tiba pada hari kelima, para warga dan juga keluarga almarhum melakukan pembacaan ayat suci Al-Quran dan Jikir secara bersama-sama. Acara ini disebut juga dengan bukang daiq. Prosesi pembacaan Al-Quran ini dilaksanakan hingga menjelang hari ketujuh (mituq).

Saat hari ketujuh juga dilakukan prosesi penyerahan barang-barang begawe (acara). Prosesi penyerahan ini dilakukan oleh epen gawe (yang punya acara) kepada inaq gawe (yang memimpin acara). Selanjutnya inaq gawe akan melakukan penyerahan alat-alat upacara kepada epen gawe.

Hari Kedelapan

Pada hari kedelapan dilakukan penyerahan dulang inggas dingari. Penyerahan ini diberikan kepada Kiyai atau Ustaz yang mengatakan seseorang telah meninggal tadi. Prosesi ini dilakukan pada tengah malam pada hari kedelapan. Hal ini juga untuk memberi isyarat bahawa esok hari akan diadakan acara penutupan.

Hari Kesembilan

Pada hari kesembilan ini dilakukan acara penutupan. Acara ini sering disebut juga dengan nyiwaq atau nyenge. Acara ini merupakan prosesi terakhir daripada runtutan prosesi yang digelar pada hari pertama hingga hari kesembilan.

Biasanya pada hari kesembilan ini akan diisi oleh Kiyai atau Ustaz yang akan berkutbah tentang kematian sebagai upayah peringatan kepada Manusia untuk mempersiapkan diri dan memberi pengertian kepada keluarga bahwa yang bernyawa pasti akan meninggal.

Baca Juga : Khutbah Idul Fitri

Demikian prosesi-prosesi dan juga upacara yang dilakukan oleh suku sasak dalam mengurus orang yang telah meninggal. Perlu diperhatikan bahwa setiap masing-masing suku memiliki caranya sendiri untuk menyikapi suatu kematian. Maka diharapkan dengan adanya tulisan ini akan menambah wawasan anda dalam mengerti dan memahami budaya yang ada di Indonesia.

Posting Komentar untuk "Mengenal Tradisi Kematian Suku Sasak"