Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tradisi Ngurisan Masyarakat Lombok

Aqiqah merupakan tradisi yang merupakan hal yang disunahkan dalam syariat Islam. Meskioun di setip tempat tradisi ini pelaksanaannya berbeda-beda namun semua memiliki pola yang sama yakni dengan agenda menyembelih hewan dan memotong rambut bayi. Dan itu yang disyariatkan. Kemudian ada beragam acara tambahan di setiap daerah, dan memiliki ciri khas masing-masing.

Biasanya untuk acara adat di kota besar seperti jakarta sudah semakin sedikit yang melaksanakannya, terutama sejak adanya layanan jasa aqiqah jakarta yang melayani penyediaan hewan aqiqah, sehingga aqiqah menjadi simpel. Namun untuk di Lombok perayaan aqiqah masih berlangsung. Tradisi Ngurisan masyarakat Lombok, yakni tradisi aqiqah khas Suku Sasak sampai detik ini masih banyak yang menyelenggarakan.



Tradisi Ngurisan Masyarakat Lombok

Seperti halnya tradisi aqiqah pada umumnya, tradisi ngurisan ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur orang tua karena telah di karuniakan seorang bayi oleh Allah Ta’ala. Tradisi khas suku Sasak ini sudah di lakukan dari nenek moyang terdahulu dan telah menjadi adat istiadat yang di dilakukan dari generasi ke generasi. Dalam acara ngurisan ini terdapat serangkaian proses yang harus dijalankan. Rangkaiannya adalah sebagai berikut :

Rangkaian Acara Ngurisan

Yang membedakan acara Ngurisan dengan aqiqah pada umumnya adalah, Ngurisan ini biasanya di lakukan secara sederhana pada hari-hari besar islam, seperti Maulid nabi, Isra’ Mikraj, lebaran dll. Sedangkan aqiqah dilaksanakan beberapa hari setelah kelahiran. Ketika orang tua dari bayi tersebut sudah menetapkan bahwa pada hari tertentu akan mengadakan acara ngurisan, maka biasanya orang tua si bayi akan melakukan persiapan.

Serakalan

Setelah persiapan, acara dimulai pada malam harinya di mushola atau masjid di Lombok untuk serakalan yaitu membacakan sholawat nabi,orang tua yang mengadakan acara ngurisan ini mempersiapkan mangkuk yang telah diisi air, gunting dan bunga sandat atau bunga kertas, yang akan di taruh di dalam airnya. Perlengkapan tersebut nanti digunakan untuk pemotongan rambut bayi.

Potong rambut bayi (tebeu bulu panas)

Setelah selesai serakalan maka selanjutnya bayi di bawa ke masjid atau musholla untuk di potong rambutnya oleh kiyai yang mempimpin acara serakalan tersebut. Pemotongan rambut pertama kali dilakukan pada rambut yang berada di ubun, makna dari pemotongan rambut ini yaitu agar bayi tersebut tidak mudah terkena penyakit.

Selanjutnyan bayi tersebut dibawa berkeliling ke warga sekitar yang ikut serakalan untuk ikut memotong rambut bayi tersebut. Tidak semua ikut memotong rambut, ada pula yang hanya mengusap rambut bayi tersebut sambil mendo’akan bayi agar menjadi anak yang sholeh atau sholehah.

Roah

Pagi harinya dilakukan acara memasak makanan yang akan menjadi makanan roah. Roah ini sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan dimana hal ini terlihat pada pembacaan tahlil, tasbih, tahmid dan berbagai do’a. Roah ini biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki baik itu keluarga dekat atau tetangga sekitar. Setelah acara roah, sisa makanan (tun dulang) dari orang-orang yang roah itu di makan secara bersama oleh keluarga ataupun tetangga sekitar yang ikut dalam kegiatan itu (begibung).

Memandikan Bayi

Setelah acara roah acara selanjutnya yaitu memandikan bayi yang dilakukan oleh belian dengan tujuan agar bayi tersebut ketika dewasa menjalani kehidupan dengan lancar dan disegani oleh banyak orang. Di dalam bak mandi yang di gunakan untuk memandikan bayi tersebut di taruh daun agah, bunga kertas, uang logam yang disiapkan untuk acara Rugut Kepeng.

Rugut Kepeng

Setelah bayi tersebut selesai dimandikan maka anak-anak yang dari awal sudah mengelilingi si bayi ketika di mandikan saling berebut uang logam yang sebelumnya telah di taruh di bak mandi. Biasanya anak yang tidak mendapat uang akan diberikan oleh orang tua bayi tersebut supaya semua mendapat rizki dan semua senang.


Masyarakat juga percaya bahwa air bekas mandi anak tersebut akan memberikan manfaat pada matanya, karena itu ketika proses pemandian bayi tersebut selalu disediakan keramat yaitu benda yang berbentuk gelang, dan terdapat uang bolong atau kepeng bolong. Keramat ini tidak dimiliki oleh semua orang melainkan dimiliki oleh belian atau yang mempunyai ahli spiritual saja, Benda ini dipercaya mampu menyehatkan penglihatan, dan sudah menjadi warisan dari nenek moyang terdahulu.

Keramat dimasukkan ke dalam bak mandi si bayi sebelum bayi dimandikan. Setelah bayi selesai dimandikan banyak masyarakat di kampung membubuhkan air dari tetesan Keramah tersebut ke matanya. Mereka percaya bahwa tetesan air Keramah ini mampu menyehatkan pengelihatan.

Itulah rangkaian tradisi Ngurisan masyarakat Lombok, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semua, jangan lupa membaca artikel kami lainnya tentang tips wisata backpacker di Lombok. Terima kasih.

Posting Komentar untuk "Tradisi Ngurisan Masyarakat Lombok"